IDENTIFIKASI HIJAUAN SEGAR DAN HIJAUAN KERING


IDENTIFIKASI HIJAUAN SEGAR DAN HIJAUAN KERING



NAMA            : LUTFIYATUL HIDAYAH
NIM                : C31120065



Identifikasi hijauan segar dan hijauan kering:
1.      Rumput gajah
 rumput gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak. Nilai pakan rumput gajah dipengaruhi oleh perbandingan (rasio) jumlah daun terhadap batang dan umurnya. Kandungan nitrogen dari hasil panen yang diadakan secara teratur berkisar antara 2-4% Protein Kasar (CP; Crude Protein) selalu diatas 7% untuk varietas Taiwan,Pada daun muda nilai ketercernaan (TDN) diperkirakan mencapai 70%, tetapi angka ini menurun cukup drastis pada usia tua hingga 55% . Batang-batangnya kurang begitu disukai ternak (karena keras) kecuali yang masih muda dan mengandung cukup banyak air. Penanaman rumput gajah harus dilakukan di areal yang dekat dan sekitar kandang sehingga dapat dengan mudah terjangkau oleh anak kandang/peternak selain itu juga dapat dengan mudah (dan murah) dilakukan pemupukan (dari pupuk kandang). Pada musim penghujan secara umum rumput gajah sudah dapat dipanen pada usia 40 – 45 hari. Sedangkan pada musim kemarau berkisar 50 – 55 hari. Lebih dari waktu tersebut, kandungan nutrisi semakin turun dan batang semakin keras sehingga bahan yang terbuang (tidak dimakan oleh ternak) semakin banyak. Sedangkan mengenai panen pertama setelah tanam, dapat dilakukan setelah rumput berumur minimal 60 hari. Apabila terlalu awal, tunas yang tumbuh kemudian tidak sebaik yang di panen lebih dari usia 2 bulan.
penanaman rumput gajah dilakukan dengan metoda perbanyakan vegetatif. Cara yang umum diterapkan adalah dengan stek batang dan memecah anakan. Cara yang pertama memungkinkan perbanyakan dengan lebih cepat, namun agak sedikit lebih lambat pertumbuhannya dibandingan dengan cara anakan atau pols.



Penyajian rumput gajah sebagai pakan ternak dapat juga disajikan dengan bentuk cacahan yaitu dengan menggunakan mesin choper. Mesin perajang rumput(chopper, mesin pakan ternak) adalah alat yang digunakan untuk merajang hijauan pakan ternak. pada rumput gajah yang sudah di chopper bertujuan supaya ternak tidak memilih-milih bagian-bagian yang hanya disukai ternak tersebut karena teksturnya yang sudah lembut dan tercampur rata antara bagian batang muda dan daun, sehingga ternak tersebut dapat memakan semua rumput gajah hasil chopper yang disajikan kepada ternak. cara penyajian makanan ini lebih efisien karena ternak lebih mudah menghabiskan semua pakan yang disajikan.

2
.      Daun gamal
Gamal memiliki nilai pakan yang tinggi, dengan protein kasar 20-30% dalam bahan kering, serat kasar 15%, dan dalam hitungan cerna in vitro bahan kering adalah 60 – 65 % (Gohl 1981, Adejumo dan Ademosun 1985). Kandungan gamal segar, kering matahari dan kering mutlak disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gamal Segar, Kering Matahari dan Kering Mutlak

Daun Gamal
Segar (%)
Kering Matahari (%)
Bahan Kering (%)
Air
74,56
7,98
-
Protein Kasar
6,16
23,11
25,11
Lemak
1,18
4,43
4,81
BETN
4,63
17,37
18,88
Ca
1,55
2,05
2,23
P
0.06
0,21
2,23
Serat Kasar
10,27
38,49
41,83
Abu
2,30
8,62
9,97

Tanaman gamal dapat dipanen setiap 3 – 4 bulan sekali, dengan hasil antara 1 – 2 kg hijauan basah  per tanaman.Pengembang biakan tanaman ini dapat dilakukan dengan biji maupun stek. penanaman yang tepat dengan kedua cara tersebut, dapat memiliki daya tumbuh yang tinggi, yaitu 90 – 95 %. Penanaman dengan stek, tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan biji, namun sistem perakaran lebih dalam jika ditanam dengan biji dari pada dengan stek.
 Pemotongan hijauan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 6-8 bulan, kemudian tanaman dapat dipotong setiap 6-8 minggu sekali. Frekuensi pemotongan dapat lebih pendek jika gamal ditanam di lahan yang subur atau lebih panjang pada musim kemarau. Bagian yang disukai oleh ternak dari gamal adalah daun dan kulit batangnya.





3.      Jerami
Yang dimaksud jerami adalah bagian batang tumbuhan yang setelah dipanen bulir-bulir buahnya baik bersama tangkainya atau tidak dikurangi dengan akar dan sisa batang yang disabit dan masih tegak dipermukaan tanah. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai l2- 15 ton per hektar satu kali panen, atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan.  Jerami  padi dihasilkan 1-2 kali di daerah kering, dan sebagian petani masih membiarkannya tertumpuk pada lahan sawah sampai datangnya musim tanam kembali.
Jerami padi melimpah selama musim hujan, namun langka pada musim kemarau. Jumlahnya  cukup besar dan belum sepenuhnya dimanfaatkan, potensinya sebagai salah satu sumber makanan ternak memang memiliki nulai nutrisi yang relatif rendah.
Daya Cerna Jerami Jika dibandingkan dengan rumput maka daya cerna jerami padi lebih lambat.  Yang dimaksud daya cerna adalah lamanya makanan berada dalam saluran pencernaan sejak mulai masuk dari mulut sampai keluar melalui anus.  Untuk jerami padi waktu cerna dapat mencapai 5-12 hari, sedangkan rumput hanya 2-3 hari saja.  Semakin cepat waktu cernanya maka ternak makin mudah lapar lagi dan akan mengkonsumsi makanan lebih banyak.  Sebaliknya makin lambat proses pencernaan maka hewan juga akan membutuhkan waktu yang lama untuk lapar kembali sehingga menyebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi lebih sedikit.  Ditambah lagi nilai nutrisi jerami yang relatif rendah menyebabkan nutrisi yang masuk ke tubuh ternak jga sedikit dan ternak menjadi kekurangan nutrisi.
Penghambat daya cerna pada jerami adalah kandungan lignin, silika dan kutin yang relatif tinggi karena jerami adalah tanaman yang sudah tua dan telah melewati fase generatif (sudah berbuah).  Namun potensi jerami sebagai sumber energi cukup baik.  Pengolahan dan Pengawetan jerami merupakan upaya untuk dapat meningkatkan daya cerna dan mempertahanakan kualitas selama mungkin selama penyimpanan.  Jerami bisa disimpan dan diawetkan dengan cara pengeringan (haylage) dan silage. Kandungan zat-zat makanan pada jerami padi bahan kering (BK): 47,95% , protein kasar: 4,04% , serat kasar: 31,62% , lemak: 0,53%.






4.      Lam toro
Lamtoro merupakan tanaman leguminosa pohon yang punya potensi besar untuk dikembangkan sebagai penghasil hijauan makanan ternak sepanjang tahun. Tanaman ini dapat menghasilkan 70 ton hijauan segar atau sekitar 20 ton bahan kering/Ha/tahun. Komposisi kimia zat makanannya dalam bahan kering terdiri atas 25,90 % protein kasar, 20,40 % serat kasar dan 11 % abu (2,30 % Ca dan 0,23 % P), karotin 530.00 mg/kg dan tannin 10,15 mg/kg (NAS, 1984). Lamtoro dapat digunakan sebagai sumber nitrogen fermentable di dalam rumen dan untuk mensuplai protein by-pass pada usus halus. Penggunaan lamtoro dalam bentuk segar sebagai suplemen pada hijauan yang berkualitas rendah pada kambing menunjukkan bahwa kira-kira 65% dari protein lamtoro didegradasi dalam rumen, sementara diduga bahwa hanya 40% protein lamtoro yang didegradasi dalam rumen jika lamtoro kering digunakan sebagai suplemen pada makanan domba sama dengan ransum basal (Bamualim, 1985). By-pass protein penting bagi ternak ruminansia karena besar persentase protein terdegradasi dalam rumen diserap sebagai amonia dan jika konsentrasinnya dalam rumen tinggi bisa hilang melalui urine sebagai urea. Pada kambing yang sedang berproduksi ini merupakan pemanfaatan protein yang tidak efisien, sehingga meningkatkan jumlah protein yang melewati ke usus (by-pass) akan lebih efisien (Mathis, 2003). Dalam hijauan sekitar 20-30% dari protein dikandungnya adalah protein bypass, namun untuk ternak yang sedang tumbuh atau menyusui kebutuhan protein bypass mencapai 32-40 dari total kebutuhan protein (Klopfeinstein, 2006). Leguminosa pohon seperti kaliandra, gamal dan lamtoro merupakan sumber pakan ternak yang mampu menyediakan protein by-pass, karena mengandung tannin yang dapat memproteksi protein dari pencernaan mikroba rumen (Kavana et al., 2005 ; Lascano et al., 2003) menyatakan tannin dari kaliandra mampu meningkatkan jumlah
protein by-pass untuk ternak. Sementara itu hasil penelitian Dahlanudin (2001) suplemen gamal dalam ransum kambing mampu meningkatkan pertambahan bobot badan. Manfaat Lamtoro Daun, ranting muda, bunga, buah, bahkan bijinya merupakan bahan baku pakan ternak yang bermutu tinggi. Tanda dan sifat lamtoro berdaun dan berbiji banyak, berbiji polong, bunga bulat, tumbuh tinggi, cepat dipanen dan menyuburkan tanah. Pemotongan/pemanenan pada tahun pertama dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan. Panen berikutnya 2-3 bulan sekali. Banyaknya daun lamtoro yang dihasilkan tergantung pada umur tanaman, kesuburan tanah, dan iklim Panen biji diperoleh setelah tananman berumur satutahun. Pemangkasan daun jangan sampai lebih rendah dari satu meter di atas permukaan tanah. Daun dan bijinya lamtoro dapat diberikan pada ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, domba dan kambing baik secara segar maupun dikeringkan. Dapat diberikan sebagai pakan tunggal atau dicampur dengan rumput-rumputan. Penggunaan daun lamtoro untuk menggantikan hijauan sebaiknya tidak melebihi dari 50 % kebutuhan hijauan pakan.
   


PEMBENTUKAN ALKALI DAN OSAZON


LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PENGAMATAN ASAM PADA KARBOHIDRAT


Disusun oleh
Lutfiyatul Hidayah                      C31120065
Golongan   :       A
Dosen         :       Dr. Ir. Rr. Merry Muspita DU . MP



JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2013


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Tujuan instruksional
·         Melakukan pengujian pengaruh alkali pada karbohidrat.
·         Melakukan pengujian monosakarida dengan identifikasi pembentukan osazon.
·         Mengamati dan menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam reaksi alkali dan pembentukan osazon terhadap karbohidrat.

2.      Landasan teori
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton dengan rumus empirik (CH2O)n, dapat diubah menjadi aldehida dan keton dengan cara hidrolisis, disusun oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk oleh oligosakarida. Karbohidrat tersebar luas baik dalam jaringan hewan maupun jaringan tumbuh-tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan, karbohidrat dihasilkan oleh fotosintesis dan mencakup selulosa serta pati. Pada jaringan hewan, karbohidrat berbentuk glukosa dan glikogen. Fungsi karbohidrat yaitu untuk sumber energi, pemanis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, penawar racun dan masih banyak lagi manfaat lainya.
Pada umumnya karbohidrat merupakan zt padat berwarna putih yang sukar larrut dalam pellarut organk tetapi larut dalam air (kecuali beberapa polisakarida). Karbohidrat dibagi dalam tiga golongan yaitu:
a.       Monosakarida : adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi, dapat dibedakan berdasarkan banyaknya atom C pada molekulmnya, dan gugus aldehid atau keton yang dikandung berubah menjadi aldosa dan katosa. Monosakarida merupakan gula sederhana yang memiliki satu atom karbon asimetrik, contoh: glukosa, galaktosa, fruktosa, manosa, dan ribosa.
b.      Oligasakarida : adalah karbohidrat yang tersusun dari dua sampai sepuluh molekul monosakarida yang digabunkan oleh ikatan kovalen. Biasanya dikenal dengan disakarida. Contoh: maltosa, laktosa, dan sukrosa.
c.       Polisakarida : adalah karbohidrat yangmengandung lebih dari sepuluh monosakarisa yang berikatan. Bila dihidrolisis dapat menghasilkan lebih dari 6 molekul monosakarida, contoh glikogen dan amilum(pati) merupakan polimer glukosa. Berfungsi untuk penyimpanan karbohidrat.
Sedangkan sifat-sifat umum karbohidrat menurut Soeharsono (1978), adalah sebagai berikut   
·         Daya mereduksi Bilamana monosakarida seperti glukosa dan fruktosa ditambahkan ke dalam larutan luff maupun benedict maka akan timbul endapan warna merah bata. Sedangkan sakarosa tidak dapat menyebabkan perubahan warna. Perbedaan ini disebabkan pada monosakarida terdapat gugus karbonil yang reduktif, sedangkan pada sakarosa tidak. Gugus reduktif pada sakarosa terdapat pada atom C nomor 1 pada glukosa sedangkan pada fruktosa pada atom C nomor 2. Jika atom-atom tersebut saling mengikat maka daya reduksinya akan hilang, seperti apa yang terjadi pada sakarosa. Larutan yang dipergunakan untuk menguji daya mereduksi suatu disakarida adalah larutan benedict. Unsur atau ion yang penting yang terdapat pada larutan tersebut adalah Cu2+ yang berwarna biru. Gula reduksi akan mengubah atau mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ (Cu2O) yang mengendap dan berwarna merah bata. Zat pereduksi itu sendiri akan berubah menjadi asam.
·         Pengaruh asam
Monosakarida stabil terhadap asam mineral encer dan panas. Asam yang pekat akan menyebabkan dehidrasi menjadi furfural, yaitu suatu turunan aldehid.
·         Pengaruh alkali Larutan basa encer pada suhu kamar akan mengubah sakarida. Perubahan ini terjadi pada atom C anomerik dan atom C tetangganya tanpa mempengaruhi atom-atom C lainnya. Jika D-glukosa dituangi larutan basa encer maka sakarida itu akan berubah menjadi campuran: D-glukosa, D-manosa, D-fruktosa. Perubahan menjadi senyawaan tersebut melalui bentuk-bentuk enediolnya. Bilamana basa yang digunakan berkadar tinggi maka akan terjadi fragmentasi atau polimerisasi. Sehingga monosakarida akan mudah mengalami dekomposisi dan menghasilkan pencoklatan non-enzimatis bila dipanaskan dalam suasana basa. Tetapi pada disakarida dalam suasana sedikit basa akan lebih stabil terhadap reaksi hidrolisis. (Soeharsono,1978)






BAB II
MATERI DAN METODE
1.      Alat dan bahan
·         Pengaruh alkali pada uji benedict
v  Alat :                                                   bahan :
-          2 buah Tabung reaksi                    - glukosa 0,01M
-          Rak tabung reaksi                         - Na2CO3
-          Water bath                                                - larutan benedict
-          Pipet ukur
-          Gelas beker
-          Spatula
-          Stopwatch
-          Alat tulis

·         Pembentukan osazon
v  Alat :                                                   bahan :
-          6 Tabung reaksi                             - glukosa 0,01M
-          Pipet tetes                                     - fruktosa 0,01M
-          Rak tabung reaksi                         - arabinosa 0,01M
-          Water bath                                                - larutan asam asetat
-          Microskop                                        (CH3COOH)
-          Objeck glass                                  - larutan fenil hidrasin
-          Pembakar Spiritus
-          Penjepit tabung
-          Stopwatch
-          Gelas ukur
-          Pipet ukur




2.      Cara kerja
·         Pengaruh alkali dengan uji benedict
1.      Menyiapkan 2 buah tabung reaksi dan masing- masing beri tanda 1 pada tabung pertama dan tanda 2 pada tabung kedua, Mengisi 2 ml larutan Glukosa 0,01 M  pada tabung 1 dan Na2CO3 sedikit ± pucuk spatula.Selanjutnya di kocok agar terjadi homogenisasi
2.      Mengurangi separuh larutan dari tabung 1 dan di letakkan pada tabung 2 yang masih kosong.
3.      Tabung 2 dipanaskan selama 30 menit  dalam Bekker glass yang di letakkan dalam Waterbath .
4.      Mengangkat tabung 2 dari waterbath dan mendinginkannya selama beberapa menit.
5.      Menambahkan 2 ml larutan Benedict pada tabung 1 dan 2. Kemudian di panaskan lagi dalam waterbath selama 10 menit.
6.      Mengamati perubahan reaksi  yang terjadi pada tabung 1 dan 2 serta mengidentifikasi da membandingkan reaksi antara kedua tabung tersebut.

·         Pembentukan osazon
1.      Menyiapkan 6 buah tabung reaksi dan masing- masing diberi nomor(1, 2, 3, 4, 5, 6)Mengisi 5 ml larutan glukosa 0,01 M pada tabung 1, 5 ml larutan fruktosa 0,01 M pada tabung 2, dan 5 ml larutan arabinosa.
2.      Menambahkan 10 tetes larutan asam asetat CH3COOH dan 3 tetes larutan feni hidrasin pada ketiga tabung tersebut menggunakan pipet tetes.
3.      Meletakkan 3 tabung tersebut dalam bekker glass dan memanaskan dalam waterbath sampai larutan tersebut larut sempurna ± 10 menit.
4.      Mengankat ketiga tabung dan meletakkannya dalam rak tabung.
5.      Setelah beberapa menit, mengambil separuh larutan dari tabung 1 dan di letakkan pada tabung 4 yang masih kosong, separuh dari tabung 2 diletakkan pada tabung 5, begitu pula perlakuan yang sama dari tabung 3 di letakkan pada tabung 6.
6.      Membakar satu persatu dari tabung 4 yang berisi larutan glukosa menggunakan penjepit tabung dan di bakar diatas pembakar spiritus disertai dengan homogenisasi, hingga terbebtuk endapan yang mengkristal. Perlakuan yang sama di lakukan pada tabung 5 dan 6.
7.      Mengamati kristal yang terbentuk menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x
8.      Mengamati dan menggambar bentuk kristal dari masing-masing endapan yang terbentuk.
9.      Mencatat hasil perubahan reaksi yang terjadi selama praktikum berlangsung.

















BAB III
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil analisa
·         Pengaruh alkali dengan uji benedict
Nomor tabung
Larutan pengisi
Warna awal
Hasil pengmatan
Setelah dipanaskan selama 30 menit
Setelah dipanaskan 30menit+ larutan benedict, dipanaskan 10menit
1
2ml glukosa 0,01M+ sedikit Na2CO3
Putih keruh
-pada menit kedua berwarna kuning
-menit keempat berwarna orange kecoklatan
-menit ke delapan berwarna orange kecoklatan pekat
-23 menit berwarna merah bata
-27 menit berwarna merah bata pekat
-warna awal merah bata pekat dan kehijauan
-4 menit berwarna merah bata dan coklat
-7 menit merah bata
-9 menit coklat pekat dan merah bata
2
2ml glukosa 0,01M+sedikit Na2CO3
Putih keruh ada endapan
-
-putih keruh dan biru adaendapan putih
-4 menit coklat pekat ada endapan putih
-7 menit coklat pekat merah ada endapan
-9 menit terdapat 3 lapisan yaitu coklat, merah coklat dan ada endapan putih

·         Uji pembentukan osazon
Nomor tabung
Larutan gula (5ml)
Larutan asam asetat
Larutan fenil hidrasil
Hasil pengamatan
Sebelum dibakar
Sesudah dibakar
1
Glukosa 0,01M
CH3COOH (10 tetes)
3 tetes
-warna mula-mula dalah putih
-warna larutan kuning muda setelah dipanaskan 10 menit
-terbebtuk endapan berwarna coklat tua (coklat kemerahan)
-gambar kristal:












2
Fruktosa 0,01M
CH3COOH (10tetes)
3 tetes
warna mula-mula dalah putih
-warna larutan kuning muda setelah dipanaskan 10 menit
-terbentuk endapan berwarna kuning telur (orange)
-gambar kristal:








3
Arabinosa 0,01M
CH3COOH (10 tetes)
3 tetes
warna mula-mula dalah putih
-warna larutan kuning muda setelah dipanaskan 10 menit
-terbentuk endapan berwarna coklat tua (coklat kemerahan)
-gambar kristal:











2.      Pembahasan
a.      Pengaruh alkali dengan uji benedict
Pada praktikum kali ini telah didapatkan hasil yang sudah tertera pada tabel, yaitu pada tabung nomor 1 setelah dipanaskan didalam water bath selama 30menit terjadi perubahan warna dari putih keruh menjadi merah bata pekat, setelah itu pada tabung nomer 1 dilakukan lagi pemanasan di atas api selama 10 menit terjadi kembali perubahan warna dari merah bata pekat menjadi coklat pekat dan merah bata. Sedangkan pada tabung nomer 2 tidak dilakukan perlakuan yang sama dengan tabung nomor 1, pada tabung 2 hanya dilakukan pemanasan di atas api tanpa dipanaskan dahulu di waterbath, pada tabung 2 juga terjadi perubahan warna yaitu dari putih keruh dan terdapat endapan menjadi merah kecoklatan dan ada endapan putih.
Menurut literatur, Pada uji benedict, teori yang mendasarinya adalah gula yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+dalam suasana alkalis, menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O(kupro oksida) berwarna merah bata. Uji ini dilakukan untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Larutan uji dicampurkan dengan pereaksi Benedict kemudian dipanaskan. Hasil positif  ditunjukkan dengan terbentuknya endapan berwarna biru kehijauan, merah, atau  kuning tergantung kadar gula pereduksi yang ada.
b.      Pembentukan osazon
Menurutliteratur Pada uji Osazon, yang mendasarinya adalah pemanasan karbohidrat yang memiliki gugus aldehida atau keton bersama fenilhidrazin berlebihan akan membentuk hidrazon atao osazon. Osazon yang terbentuk mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Pada reaksi antara glukosa dengan fenilhidrazin, mula-mula terbentuk D- glukosafenilhidrazon, kemudian reaksi berlanjut hingga terbentuk D-glukosazon. Glukosa, fruktosa dan manosa dengan fenilhidrazin menghasilkan osazon yang sama. Dari ketiga struktur monosakarida tersebut tampak bahwa posisi gugus -OH dan atom H pada atom karbon nomor 3, 4 dan 5 sama. Dengan demikian osazon yang terbentuk mempunyai struktur yang sama.
Pada praktikum ini kami mendapatkan hasil yang sudah ada pada tabel yaitu pada tabung nomor 1 ,2 dan 3 yang masing-masing berisi 5ml glukosa(tabung 1), 5ml fruktosa(tabung 2), 5ml arabinosa (tabung 3) dan pada setiap tabung di tambahkan  0,01M dan CH3COOH 10 tetes serta 3 tetes larutan fenil hidrasin, terjadi perubahan warna pada seluruh tabung setelah dipanaskan kedalam water bath selama 10menit(hingga larut) yaitu dari putih menjadi kuning muda, setelah itu pada seluruh tabung dilakukan perlakuan yang sama yaitu memanaskan semua tabung di atas api hingga larutan yang ada pada tabung menjadi mengkristal dan diikuti dengan perubahan warna, pada tabung 1 dan 3 terjadi perubahan warna yaitu dari kuning muda menjadi coklat tua(coklat kemerahan), pada tabung 2  terjadi perubahan warna dari kuning muda menjadi kuning telur (orange), dan setelah itu pada pengkristalan setiap tabung dilakukan uji dengan mikroskop untuk melihat bentuk yang terjadi pada pengkristalan disetiap tabung. Jika dilihat dengan mikroskop pada tabung 1 terlihat bentuk yang tidak beraturan dan seperti sarang dan berwarna coklat karamel, pada tabung 2 terlihat bentuk seperti serabut-serabut kecil yang membentuk kelompok dan berjumlah banyak yang berwarna hijau muda, tabung 3 terlihat bentuk titik-titik(lebih dominan) dan garis yang pendek-pendek berwarna coklat tua.


3.      Pertanyaan dan jawaban
·         Pertanyaan
1.      Gambarkan struktur molekul fruktosa, glukosa dan maltosa!
2.      Terangkan bagaimana pembentukan osazon pada monosakarida

·         Jawaban
1.      Struktur molekul fruktosa


Struktur molekul glukosa
1.JPG  

Struktur molekul maltosa


2.      Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Proses pembentukan kristal osazon berawal dari satu molekul gula monosakarida yang bergabung dengan satu molekul fenilhidrazin untuk membentuk hidrazon Pada reaksi monosakarida(dalam hal ini glukosa) bereaksi dengan fenilhidrazin, mula-mula terbentuk D- glukosafenilhidrazon, kemudian reaksi berlanjut hingga terbentuk D-glukosazon. Glukosa dan fruktosa dengan fenilhidrazin menghasilkan osazon yang sama. Dari ketiga struktur monosakarida tersebut tampak bahwa posisi gugus -OH dan atom H pada atom karbon nomor 3, 4 dan 5 sama. Dengan demikian osazon yang terbentuk mempunyai struktur yang sama.















BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan serta hasil pengamatan dan pembandingan dengan literatur dapat di simpulkan bahwa:
Percobaan uji benedict:  Uji ini dilakukan untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Larutan uji dicampurkan dengan pereaksi Benedict kemudian dipanaskan. Hasil positif  ditunjukkan dengan terbentuknya endapan berwarna biru kehijauan, merah, atau  kuning tergantung kadar gula pereduksi yang ada. banyak sedikitnya endapan merah bata yang terbentuk dipengaruhi oleh konsentrasi glukosa, semakin besar konsentrasinya, maka endapan yang terbentuk samakin benyak. Semakin besar konsentrasi glukosa yang digunakan semakin cepat perubahannya.
Pada uji Osazon, yang mendasarinya adalah pemanasan karbohidrat yang memiliki gugus aldehida atau keton bersama fenilhidrazin berlebihan akan membentuk hidrazon atao osazon. Osazon yang terbentuk mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik