LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
PENGAMATAN KOAGULASI DAN
PENGENDAPAN PROTEIN
Disusun
oleh
Nama : Lutfiyatul
Hidayah
NIM : C31120065
Golongan : A
Dosen : Dr.
Ir. Rr. Merry Muspita DU . MP
JURUSAN
PETERNAKAN
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Tujuan
instruksional khusus
1.1 melakukan
uji koagulasi protein dengan menggunakan garam anorganik.
1.2 Melakukan
uji pengendapan protein dengan menggunakan alkohol.
2.
Teori
Protein merupakan makro molekul turunan
polipeptid. Protein mempunyai berat molekul besar antara ribuan hingga jutaan
satuan (g/mol). Protein tersusun dari atom-ataom C, H, O dan N ditambah
beberapa unsur lainya seperti P dan S. Atom- atom itu membentuk unit-unit asam
amino. Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu
dengan yang lain, menentukan sifat biologis yang protein.
Secara kimia dibedakan antara protein
sederhana dan protein kompleks yang mengandung zat-zat makanan tambahan seperti
karbohidrat, lipid, atau asam nukleat. Pada protein kompleks, bagian
polipeptida dinamakan aproprotein dan keseluruhanya dinamakan haloprotein.
Secara fungsional protein juga menunjukkan banyak perbedaan.
Protein mempunyai berbagai fungsi,
diantaranya : merupakan katalis biokimia (enzim), alat pengangkut dan penyimpan,
penunjang mekanisme tubuh, pertahanan tubuh perambatan implus saraf dan
pengendali pertumbuhan.
Struktur protein dapat dilihat sebagai
hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua),
tersier(tingkat tiga), dan kuartener(tingkat empat). Struktur primer protein
bisa ditentukan dengan beberapa metode : hidrolisis protein,dengan asam kuat.
Sifat-sifat protein berbeda-beda saat
berhidrolisis dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa
perlakuan lainya. Kelarutan protein akan berkurang bila kedalaman larutan
protein ditambahkan garam-garam anorganik. Pengendapan terus terjadi karena
kemampuan ion garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam
anorganik dengan molekul protein untuk menngikat air. Garam anorganik lebih
menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang.
Protein yang mengandung gugus hidroksil
phenil (- - OH) dapat bereaksi dengan larutan merkuri nitrat menghasilkan
larutan atau endapaan yang berwarna merah. Dalam suasana basa Cu bereaksi
dengan beberapa jenis larutan protein dan menghasilkan warna violet.
Protein dengan penambahan asam atau
pemanasan akan mengalami koagulasi. Pada pH iso-elektrik (pH larutan tertentu
biasanya berkisar 4-4,5 protein mempunyai muatan positif dan negatif sama,
sehingga saling menetralkan), kelarutan protein sangat menurun atau mengendap.
Pada temperatur diatas 60oC kelarutan protein akan berkurang karena
pada temperatur yang tinggi energi kinetik molekul protein meningkat sehingga
terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau struktur sekunder,
tersier, dan kuartener yang menyebabkan koagulasi.
Protein dapat diendapkan dengan
pennambahan alkohol. Pelarut organik akan mengubah (mengurangi) konstanta
dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein berkurang, dan juga karena
alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air.
3.
Organisasi
3.1 mahasiswa
dibagi menjadi beberapa kelompok praktikum dan masing-masing kelompo dipimpin
seorang ketua kelompok.
3.2 Semua
kerja praktikum dibimbing seorang dosen pembimbing praktikum dibantu oleh
teknisi laboratorium.
4.
Alat
dan Bahan
4.1 Alat
4.1.1
Uji
Millon
4.1.1.1
tabung reaksi
4.1.1.2
rak tabung reaksi
4.1.1.3
pipet volume
4.1.1.4
pipet tetes
4.1.1.5
beaker glass
4.1.1.6
pemanas
4.1.2
Uji
biuret
4.1.2.1
tabung reaksi
4.1.2.2
rak tabung reaksi
4.1.2.3
pipet volume
4.1.2.4
pipet teters
4.1.3
Uji
Pengendapan
4.1.3.1
tabung reaksi
4.1.3.2
pipet tetes
4.1.3.3
bahan
4.2 Bahan
4.2.1
Uji
Millon
4.2.1.1
Albumin
4.2.1.2
Gelatin
4.2.1.3
Kasein
4.2.1.4
Reagen millon
4.2.2
Uji
Biuret
4.2.2.1
albumin 20%
4.2.2.2
gelatin 20%
4.2.2.3
kasein 20%
4.2.2.4
NaOH 0,1 N
4.2.2.5
CuSO4 0,01 N
4.2.3
Uji
Pengendapan
4.2.3.1
HCl 0,1 N
4.2.3.2
NaOH 0,1 N
4.2.3.3
Buffer asetat 1 M (pH=4,7)
4.2.3.4
Etanol 95 %
5.
Pelaksanaan
praktikum
5.1 Uji Millon
5.1.1
Menyiapkan 3 tabung reaksi
5.1.2
Mengisi tabung reaksi pertama dengan 2
ml albumin, tabung kedua diisi dengan 2 ml gelatin dan tabung ketiga diisi
dengan 2 ml kasein.
5.1.3
Menambahkan masing-masing tabung dengan reagen
millon sebanyak 4 tetes, maka akan terjadi pengendapan.
5.1.4
Kemudian memanaskan dalam pemanas air
yang mendidih.
5.1.5
Mengulangi percobaan sekali lagi.
5.2 Uji Biuret
5.2.1
menyiapkan 3 tabung reaksi.
5.2.2
Mengisi tabung pertama dengan 1 ml
albumin, tabung kedua diisi dengan 1ml gelatin, dan tabung ketiga diisi dengan
1 ml kasein
5.2.3
Menambahkan NaOH 1 ml dan CuSO4
0,1 N sebanyak 2 tetes pada ketiga tabung.
5.2.4
Mengamati perubahan yang terjadi
5.3 Uji pengendapan
5.3.1
menyiapkan 3 tabung reaksi dan mengisi
masing – masing dengan 5ml protein
5.3.2
menambahkan kedalam tabung pertama 1 ml
HCl 0,1 M dan 6 ml etanol 95%, tabung kedua 1 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml etanol 95%
serta tabung ketiga 1 ml Buffer asetat dan 6 ml etanol 95%
5.3.3
melarutkan tabung dalam air mendidih
sselama 5 menit
5.3.4
mengamati tabung-tabung mana yang tidak
larut.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
hasil
pengamatan
Ø tabel hasil pengamatan Uji Millon
Nomor tabung
|
Jenis larutan
|
Warna awal
|
hasil
|
1
|
2 ml Albumin + 4 tetes reagen
Millon
|
Putih keruh
|
·
pemanasan I
4
menit : putih keruh menggumpal
·
pemanasan II
1,5
menit : menggumpal sempurna dan ada gelembung
|
2
|
2 ml Galetin + 4 tetes Reagen
Millon
|
Kuning pucat dan menggumpal
|
·
pemanasan I
-
2 menit : warna putih
-
4 menit : warna kuning jernih
·
Pemanasan II
4,5
menit : berwarna kuning agak keputihan
|
3
|
2 ml kasein + 4 tetes Reagen
Millon
|
Putih jernih
|
·
Pemanasan I
4
menit : putih jernih
·
Pemanasan II
4,5
menit : warnanya putih jernih dan ada gelembung
|
Ø Tabel hasil pengamatan Uji Biuret
Nomor tabung
|
Jenis larutan
|
Warna sebelum homogenisasi
|
hasil pengamatan
|
1
|
1 ml larutan Albumin + 1 ml NaoH
+ CuSO4 0,01 N 2 tetes
|
Warna larutan putih bening
|
Setelah dikocok warna berubah menjadi
ungu (violet) dan larutan bening
|
2
|
1 ml Gelatin + 1 ml NaOH + CuSO4
0,1 N 2 tetes
|
Sebelum dihomogenisasi, gelatin,
NaOH, dan CuSO4 tidak homogen, warna larutan biru dan gelatin
coklat
|
Sesudahdihomogenisasi antara gelatin
dan NaOH serta CuSO4 tidak bercampur namun warna menjadi ungu.
|
3
|
1ml kasein + 1 ml NaOH + CuSO4
0,1 N 2 tetes
|
Sebelum dihomogensasi warna
larutan putih bening
|
Setelah dikocok warna larutan berubah
menjadi biru dan larutanya bening.
|
Ø Tabel hasil pengamatan uji
Pengendapan
Nomor tabung
|
pereaksi
|
hasil
|
1
|
1 ml HCl 0,1 N + 6 ml etanol 95%
|
Larutan atas berwaarna putih bening.
Bawah berwarna putih susu, diantara keduanya lapisan terdapat warna kuning,
endapan berwarna putih dan tidak larut.
|
2
|
1 ml NaOH 0,1 N = 6 ml etanol 95%
|
Terbagi 3 lapisan, lapisan atas
berwarna bening, putih dan menggumpal. Lapisan tengah berwarna putih bening,
lapisan bawah berwarna putih dan terdapat endapan putih susu. Lapisan bawah
encer, larutan pereaksi larut, meskipun tidak seluruhnya.
|
3
|
1 ml buffer asetat + 6ml etanol
95%
|
Terbagi tiga lapisan, lapisan ats
berwarna putih dan menggumpal. Lapisan tengah berwarna putih keruh, lapisan
bawah putih tapi encer, terdapat endapan putih susu, ;arutan pereaksi larut
saat dipanaskan
|
2.
Pembahasan
v Uji Millon
pada Pengujian
millon ini memberikan hasil positif terhada protein yang mengandung asam amino
yang memiliki gugus fenol, misalnya tirosin. Pereaksi Millon terdiri atasa
larutan merkuro nitrat dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Protein dengan
pereaksi Millon akan membentuk endapan putih. Jika dipanaskan, warnanya berubah
menjadi merah.
Pada praktikum kali ini, kami
mendapatkan data seperti pada tabel, pada uji millon kami melakukan dua kali
pengujian, pada pengujian pertama didapatkan hasil: pada tabung 1 yang telah
diisi dengan 2 ml Albumin + 4 tetes
reagen millon warna awalnya adalah putih keruh, setelah pemanasan pada menit
keempat warna menjadi putih keruh menggumpal. Pada tabung 2 yang diisi dengan 2
ml gelatin + 4 tetes reagen millon warna awalnya adalah kuning pucat dan
menggumpal setelah dilakukan pemanasan pada menit kedua warna berubah menjadi
putih, dan pada menit ke empat warna menjadi kuing jernih. Pada tabung 3 yang
diisi dengan 2 ml kasein + 4 tetes reagen millon warna awal adalah putih
jernih, stelah dilakukan pemanasan pada menit keempat warna tetap tidak ada
perubahan yaitu putih jernih. Pada pengujian kedua setelah pemanasan didapatkan
hasil yaitu pada tabung 1 pada menit ke 1,5 larutan menggumpal sempurna dan ada
gelembung. Pada tabung 2 pada menit ke 4,5 warna menjadi kuning agak keputihan.
Pada tabung 3 setelah menit ke 4,5 warna menjadi putih jernih dan ada gelembung.
Menurut literatur Prinsip dari uji
Millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi dan
menunjukkan reaksi positif yang ditandai dengan terbentuknya warna merah. Dari
hasil pengamatan, diketahui bahwa semua larutan yang diujikan menunjukkan hasil
yang negatif. Seharusnya albumin dan kasein hasil ujinya positif karena
mengandung Tirosin sebagai salah asam amino penyusunnya, sedangkan gelatin dan
tidak mengandung tirosin. Uji Millon pada praktikum ini berlainan dengan
literatur.
v Uji Biuret
Uji biuret adalah salah satu cara pengujian yang memberikan hasil positif
pada senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida. Oleh karena itu, uji Biuret
ini sering digunakan untuk menunjukkan adanya senyawa protein. Pengujiannya
dapat dilakukan dengan cara berikut. Larutan yang mengandung protein ditetesi
larutan NaOH, kemudian diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Terbentuknya
warna ungu, menunjukkan hasil positif adanya protein.
Pada praktikum uji biuret didapatkan
hasil seperti pada tabel. pengujian
biuret pada tabung 1 yang sudah diisi dengan 1ml larutan albumin + 1 ml HaOH +
CuSO4 0,1 N 2 tetes sebelum homogenisasi warna larutan adalah putih
bening, setelah dilakukan pengocokan(homogenisasi) warna berubah menjadi ungu
(violet) dan larutan bening. Pada tabung 2 yang diisi dengan 1 ml gelatin + 1
ml NaOH + CuSO4 0,1 N 2 tetes sebelum di homogenisasi, gelatin, NaOH
dan CuSO4 tidak homogen dan warna larutan biru dan warna gelatin
coklat, setelah dilakukan homogenisasi antara gelatin dan HaOH serta CuSO4
tidak bercampur, namun warna menjadi ungu. Pada tabung 3 yang diisi dengan 1 ml
kasein + 1 ml NaOH + CuSO4 0,1 N 2 tetes sebelum di homogenisasi
waarna laarutan putih bening dan setelah dilakukan pengocokan warna larutan
berubah menjadi biru. Hasil dari percobaan biuret ini sama dengan yang ada pada
literatur.
Menurut literatur Pada uji biuret, larutan protein yang digunakan ialah albumin, gelatin,
dan kasein. Albumin, Gelatin dan Kasein
memiliki struktur kimia yang lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih asam
amino esensial sehingga dapat membentuk ikatan peptida sehingga reaksi ini akan menunjukkan positif terhadap dua buah ikatan
peptida atau lebih. Hal ini dapat ditunjukkan pada senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan
dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari pereaksi Biuret dalam suasana basa
akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun
protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. makin
kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan ini menunjukan makin panjang ikatan
peptidanya. Semua
asam amino atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan
ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu.
v Uji Pengendapan
Prinsip uji pengendapan oleh alkohol adalah
pengendapan protein, protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol.
Pelarut organik akan mengurangi konstanta dielektrika dari air, sehingga
kelarutan protein berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan
protein terhadap air .
Setelah
dilakukan praktikum uji pengendapan terjadi perubahan warna larutan pada setiap tabung dan didapatkan
hasil sebagai berikut : pada tabung 1 yang berisi 1 ml HCl 0,1 N + 6 ml etanol
95%, pada larutan atas berwarna putih bening. Bawah berwarna putih susu,
diantara keduanya lapisan terdapat warna kuning, endapan berwarna putih dan
tidak larut. Pada tabung 2 yang diisi dengan 1 ml NaOH 0,1 N + 6 ml etanol 95%,
Terbagi 3 lapisan, lapisan atas berwarna bening, putih dan menggumpal. Lapisan
tengah berwarna putih bening, lapisan bawah berwarna putih dan terdapat endapan
putih susu. Lapisan bawah encer, larutan pereaksi larut, meskipun tidak
seluruhnya. Pada tabung 3 diisi dengan 1 ml buffer asetat + 6 ml etanol 95%, Terbagi
tiga lapisan, lapisan ats berwarna putih dan menggumpal. Lapisan tengah
berwarna putih keruh, lapisan bawah putih tapi encer, terdapat endapan putih
susu, ;arutan pereaksi larut saat dipanaskan. Hal ini sama dengan literatur
yang ada.
Menurut literatur Prinsip uji
pengendapan oleh alkohol adalah pengendapan protein, protein dapat diendapkan
dengan penambahan alkohol. Pelarut organik akan mengurangi konstanta
dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein berkurang, dan juga karena
alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air . Pada uji pengendapan
protein oleh alkohol endapan yang paling banyak dihasilkan oleh buffer asetat,
buffer asetat menghasilkan endapan yang paling banyak karena memiliki pH 4,7
yang sama dengan pH isolistrik albumin (4,55-4,90). pH isolistrik merupakan kondisi dimana muatan
positif dan negatifnya sama banyak. Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino
bereaksi dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya,
dalam larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau
bermuatan negatif. Pada pH isolistrik muatan gugus amino dan karboksil bebas
akan saling menetralkan sehingga molekul bermuatan nol (Winarno, 2002).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah
melakukan praktikum koagulasi dan pengendapan protein, dapat diketahui bahwa :
pada
Pengujian millon ini memberikan hasil positif terhada protein yang mengandung
asam amino yang memiliki gugus fenol, misalnya tirosin. Pereaksi Millon terdiri
atasa larutan merkuro nitrat dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Protein
dengan pereaksi Millon akan membentuk endapan putih. Jika dipanaskan, warnanya
berubah menjadi merah.
Uji biuret
adalah salah satu cara pengujian yang memberikan hasil positif pada
senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida. Oleh karena itu, uji Biuret ini
sering digunakan untuk menunjukkan adanya senyawa protein. Pengujiannya dapat
dilakukan dengan cara berikut. Larutan yang mengandung protein ditetesi larutan
NaOH, kemudian diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Terbentuknya warna
ungu, menunjukkan hasil positif adanya protein.
Prinsip uji
pengendapan oleh alkohol adalah pengendapan protein, protein dapat diendapkan
dengan penambahan alkohol. Pelarut organik akan mengurangi konstanta
dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein berkurang, dan juga karena
alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air .
3 komentar:
26 Juni 2013 pukul 10.39
bagus laporannya
27 Juni 2013 pukul 17.14
thank infonya
kelar nh laporan quw jadinya
28 Juni 2013 pukul 22.14
thanks.. dari posting ni saya bisa lebih tau tentang sifat dan derivat protein...
Posting Komentar