UJI ENZIM AMILASE


LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
UJI ENZIM AMILASE




Disusun oleh

             Lutfiyatul Hidayah                C31120065
                                   Golongan A
                         Dosen : Nurkholis, S. Pt. MP



JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.      Tujuan itruksional khusus
Setelah menyelesaikan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu :
·         Mengetahui kerja enzim α-Amylase dalam hidrolisis pati.
·         Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas / kerja enzim α-Amylase
·         Mengetahui cara kerja amilase pada ragi tape

2.      Teori
Enzim adalah sebuah protein yang mempunyai fungsi khusus. Enzim berperan untuk mengkatalisis proses kimia (biokimia) dalam makhluk hidup atau dalam system biologi. Tanpa adanya enzim biasanya reaksi kimia akan berlangsung sangat lambat, bahkan mungkin tidak dapat terjadi. Seperti telah disinggung didepan, kerja enzim sangat khusus dan spesifik. Artinya, satu enzim hanya melakukan satu fungsi saja. Misalnya adlah enzim α-Amylase berperan dalam melakukan hidrolisis awal makanan terutama yang mengandung pati.
Pati disusun oleh amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida yang linier, sedangkan amilopektin adalah yang bercabang. Tiap jenis pati tertentu disususn oleh kedua fraksi tersebut dalam perbandingan yang berbeda-beda. Pada pati jenis yang rekat (addesif) amilosa dalam pati berkisar antara 20 -30% pati ada beras dan sorgum sebagian terbesar penyususnanya adalah amilopektin.
Pemisahan antara fraksi amilosa dan amilopektin dapat menggunakan elektrodialisa atau dengan n – butanol atau thymol. Amilopektin larut daam n – butanol sedangkan amilosa tidak larut. Amilosa memberikan warna biru dengan larutan iodine dan amilopektin memberikan warna merah violet.

3.      Organisasi
·         Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok praktikum dan masing-masing kelompok dipimpin seorang ketua kelompok
·         Semua kelompok kerja praktikum dibimbing eorang dosen pembimbing praktikum dibantu oleh teknisi laboratorium.
BAB II
METODOLOGI

1.      Alat dan bahan
·         Alat
-          Cawan peteri
-          Pipet tetes

·         Bahan
§  Uji amilase saliva
-          Larutan amilum (pati) 1 %
-          HCl 1 M
-          NaOH 1 M
-          Larutan yodium encer
-          Air liur (saliva) – disediakan sendiri oleh praktikan
§  Uji amilase
-          Singkong rebus
-          Ragi
-          I2

2.      Pelaksanaan praktikum
·         Uji amilase saliva
Ø  Masing – masing kelompo menyiapkan 5 buah tabung reaksi
Ø  Mengisi pada tiap-tiap tabung dengan 3 mL larutan amilum (pati), kemudian dilanjutkan dengan perlakuan –perlakuan berikut :
a.       3 mL larutan amilum + 1 mL saliva + 1 mL HCl 1 M, diinkubasi pada suhu 37o selama 10 menit
b.      3 mL larutan amilum + 1 mL saliva + 1 mL NaOH 1 M, diinkubasi pada suhu 37o selama 10 menit
c.       3 mL larutan amilum + 1 mL saliva, diinkubasi pada suhu 80oC selama 10 menit
d.      3 mL larutan amilum + 1 mL saliva, diinkubasi pada suhu 4oC selama 10 menit
e.       3 mL larutan amilum + 1 mL saliva, diinkubasi pada suhu 37oC selama 10 menit
Ø  Setelah diinkubasi, tetesi dengan 3 tetes larutan yodium.
Ø  mengamati perubahan warna yang terjadi

·         Uji amilase
Pengamatan dilakukan selama 3 hari
Ø  Pada hari pertama
a.       Merebus singkong kemudian dinginkan
b.      Menyimpan dalam cawan petri, kemudian taburi dengan ragi, lalu peram
c.       Memberi tabel T-1
Ø  Pada hari kedua
a.       Ulangi prosedur yang sama seperti hari pertama
b.      Beri kode T-2
Ø  Pada hari ketiga
Rebus singkong lalu dinginkan
Ø  Menetesi pada masing-masing contoh dengan laruan I2
Ø  Mengamati perubahan yang terjadi















BAB III
HASIL PENGAMATAN

v  Tabel pengamatan enzim amilase saliva

Tabung reaksi
HCl 1 M + 3 mL amilum + 1 mL saliva
NaOH 1 M + 3 mL amilum + 1 mL saliva
80oC
4oC
37oC
1
Setelah dihomogenisasi warna awal larutan putih keruh



Setelah diberi 3 tetes yodium dan dihomogrnisasi warna larutan menjadi biru kehitaman. Hal ini menandakan bahwa enzim amilase tidak bekerja/ amilum tidak terurai.
2

Setelah dihomogenisasi warna awal putih keruh


Setelah ditetesi 3 tetes yodium dan dihomogenisasi warna larutan menjadi putih agak keruh. Hal ini menandakan bahwa enzim amilase bekerja secara sempurna menguraikan amilum (kerja enzim 100%)
Tabung reaksi
3 mL amilum + 1 mL saliva
80oC
4oC
37oC
3
Setelah dihomogenisasi warna awal putih keruh
Setelah ditetesi 3 tetes yodium dan dihomogenisasi warna larutan menjadi putih keruh (kerja enzim 75%)


4
Setelah dihomogenisasi warna awal putih keruh

Setelah ditetesi 3 tetes yodium dan dihomogenisasi warna larutan menjadi violet (kerja enzim 50%)

5
Setelah dihomogenisasi warna awal putih keruh


Setelah ditetesi 3 tetes yodium dan dihomogenisasi warna larutan menjadi putih kebiruan (kerja enzim 25%)


v  Tabel hasil pengamatan enzim amilase

No
perlakuan
Hasil pengamatan
1
Singkong yang berada pada cawan yang bertanda T1 ditaburi  ragi dan didiamkan selama 3 hari
Singkong pada T1 yang disimpan selama 3 hari teksturnya menjadi lembek (terfermentasi) dan setelah diberi 1 tetes larutan yodium menimbulkan warna hitam pudar.
2
Singkong yang berada pada cawan yang bertanda T2 ditaburi  ragi dan didiamkan selama 2 hari
Singkong pada T2 yang disimpan selama 2 hari teksturnya menjadi lembek tetapi lebih keras dari T1 (terfermentasi) dan setelah diberi 1 tetes larutan yodium menimbulkan warna hitam pekat.
3
Singkong yang berada pada cawan yang bertanda T3 tidak ditetesi ragi dan tanpa dilakukan penyimpanan
Singkong pada T3 tidak dilakukan penyimpanan keras (tidak terfermentasi) dan setelah diberi 1 tetes  larutan yodium menimbulkan warna hitam sangat pekat.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

1.      Uji enzim amilase saliva

Pada praktikum uji enzim amilase saliva pada 5 sampel yang diletakan pada tabung yang berbeda, didapatkan hasil sebagai berikut :
pada tabung  yang diisi dengan HCl 1 M + 3 mL amilum + 1 mL saliva dimasukkan kedalam inkubator yang bersuhu 37oC selama 10 menit setelah itu larutan ditetesi yodium 3 tetes dan dihomogenisasi warna larutan menjadi biru kehitaman
pada tabung 2 yang diisi dengan NaOH 1 M + 3 mL amilum + 1 mL saliva dimasukkan kedalam inkubator yang bersuhu 37oC selama 10 menit kemudian larutan ditetesi yodium 3 tetes dan dihomogenisasi warna larutan menjadi putih agak keruh.
Pada tabung 3 yang diisi dengan 3 mL amilum + 1 mL saliva dimasukkan kedalam inkubator yang bersuhu 80oC selama 10 menit kemudian larutan ditetesi yodium 3 tetes dan dihomogenisasi warna larutan menjadi putih keruh.
Pada tabung 4 yang diisi 3 mL amilum + 1 mL saliva dimasukkan kedalam inkubator yang bersuhu 4oC selama 10 menit kemudian larutan ditetesi yodium 3 tetes dan dihomogenisasi warna larutan menjadi violet.
Pada tabung 5 yang diisi 3 mL amilum + 1 mL saliva dimasukkan kedalam inkubator yang bersuhu 37oC selama 10 menit kemudian larutan ditetesi yodium 3 tetes dan dihomogenisasi warna larutan menjadi putih kebiruan.
Suhu berpengaruh terhadap fungsi enzim karena reaksi kimia menggunakan katalis enzim yang dapatdipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein, makakenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. pada suhu sangat rendah, aktifitas enzim sangat terhenti secara reversible. Kenaikan suhu lingkungan akan meningkatkan energy kinetic enzim dan frekuensi tumbukan antara molekul enzim dan substrat, sehingga enzim menjadi aktif. Pada suhu dimana enzim masih aktif, umumnya kenaikan suhu 10oC menyebabkan kecepatan reaksi enzimatis bertambah 1,1 hingga 3,0 kali lebih besar. Pada suhu optimum, kecepatan reaksi enzimatis berlangsung maksimal. Bila suhu ditingkatkan terus, maka enzim akan megalami denaturasi, sehingga aktivitas katalitiknya terhenti. Sebagian besar enzim memiliki suhu optimum 30oC sampai 40oC dan mengalami denaturasi secara irreversible pada pemanasan diatas suhu 60oC . pada tabung 1 warna larutan menjadi biru kehitaman. Hal ini menandakan bahwa enzim amilase tidak bekerja/ amilum tidak terurai. hal ini menandakan bahwa tidak terdeteksi adanya karbohidrat karena saliva bereaksi dengan senyawa asam yaitu HCL  sehingga terjadi kerusakan susunan senyawa pada saliva atau terjadi denaturasi karena pH untuk enzim tidak boleh terlalu asam maupun basa karena akan menyebabkan kecepatan reaksi, hal ini sesuai dengan pendapat  Williamson & Fieser (1992) yang menyatakan bahwa Sebenarnya enzim juga memiliki pH optimum tertentu, pada umumnya sekitar 4,5–8, dan pada kisaran pH tersebut enzim mempunyai kestabilan yang tinggi. Pada tabung 2 warna larutan menjadi putih agak keruh Hal ini menandakan bahwa enzim amilase bekerja secara sempurna menguraikan amilum (kerja enzim 100%). Karena pada tabung 2 ini larutan diletakkan pada suhu 37oC yang merupakan suhu optimum, sehingga kecepatan reaksi enzimatis berlangsung maksimal. Pada tabung  3 warna larutan menjadi putih keruh ini menandakan bahwa enzim amilase bekerja mendekati sempurna menguraikan amilum (kerja enzim 75%) . Pada tabung 4 warna larutan menjadi violet ini menandakan bahwa enzim amilase sedikit bekerja dalam menguraikan amilum (kerja enzim 50%). Pada tabung 5 warna larutan menjadi putih kebiruan Warna ini disebabkan oleh belum terhidrolisisnya pati secara sempurna. Larutan iod berperan sebagai indikator hidrolisis.

2.      Uji enzim amilase pada singkong

Pada uji amilase singkong didapatkan hasil sebagai berikut :
Singkong yang berada pada cawan yang bertanda T1 ditaburi  ragi dan didiamkan selama 3 hari teksturnya menjadi lembek (terfermentasi) dan setelah diberi 1 tetes larutan yodium menimbulkan warna hitam pudar. Singkong yang berada pada cawan yang bertanda T2 ditaburi  ragi dan didiamkan selama 2 hari teksturnya menjadi lembek tetapi lebih keras dari T1 (terfermentasi) dan setelah diberi 1 tetes larutan yodium menimbulkan warna hitam pekat. Singkong yang berada pada cawan yang bertanda T3 tidak ditetesi ragi dan tanpa dilakukan penyimpanan dan setelah diberi 1 tetes  larutan yodium menimbulkan warna hitam sangat pekat.
Pada uji enzim amilase, fermentasi pada tape singkong terdapat mikroorganisme (saccharonyces cerevisiae) yang dapat menghasilkan enzim. Semakin lama waktu penyimpanan maka akan smakin banyak pula mikroorganisme yang terdapat pada singkong dan enzim yang dihasilkan juga semakin banyak sehingga proses fermentasi menjadi lebih cepat dan tekstur tape singkong menjadi lebih lembek. Dalam pembuatan tape, ragi (Saccharomyces cereviceae) mengeluarkan enzim yang dapat memecah karbohidrat pada singkong menjadi gula yang lebih sederhana. Pada T1 terdapat mikroorganisme Saccharomyces cereviceae  menghasilkan enzim berupa enzim amilase yang dapat  memecah pati atau amilum menjadi gula sederhana seperti glukosa yang jika ditetesi oleh iodium akan menimbulkan warna hitam yang kemudian memudar menjadi hitam kebiruan. Ini menyebabkan enzim bekerja sempurna dalam fermentasi. Pada T2 setelah ditetesi yodium berwarna biru pekat karena kerja enzim lebih lambat karena proses penyimmpanan yang masih sebentar (2 hari). Pada T3 setelah ditetesi yodium warna menjadi biru sangat pekat karena singkong tidak dilakukan fermentasi sehingga tidak ada mikroorganisme yang membantu dalam fermentasi sehingga amilum tidak terhidrolisis.













BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Pada praktikum uji enzim amilase ini didapatkan hasil sebagai berikut :
Ø  Uji enzim amilase saliva
·         Suhu berpengaruh terhadap fungsi enzim karena reaksi kimia menggunakan katalis enzim yang dapatdipengaruhi oleh suhu
·         enzim memiliki suhu optimum 30oC sampai 40oC dan mengalami denaturasi secara irreversible pada pemanasan diatas suhu 60oC
·         jika warna larutan menjadi biru kehitaman  menandakan bahwa enzim amilase tidak bekerja/ amilum tidak terurai. Jika warna larutan menjadi putih Hal ini menandakan bahwa enzim amilase bekerja secara sempurna menguraikan amilum (kerja enzim 100%). Jika warna larutan violet menandakan bahwa enzim amilase sedikit bekerja dalam menguraikan amilum
Ø  uji enzim amilase singkong
·         pada saat fermentasi pada tape singkong terdapat mikroorganisme (saccharonyces cerevisiae) yang dapat menghasilkan enzim
·         Saccharomyces cereviceae  menghasilkan enzim berupa enzim amilase yang dapat  memecah pati atau amilum menjadi gula sederhana seperti glukosa










Daftar Pustaka



0 komentar: